Baru baru ini, saudara-saudara kita di Kepulauan Mentawai Sumatera Barat dilanda musibah bencana alam yang maha dasyat berupa tsunami yang bersamaan dengan meletusnya gunung merapi di DIY dan sekitarnya; musibah ini menyusul rentetan musibah besar yang dialami bangsa Indonesia setelah tsunami di Aceh, gempa di Nias, gempa di DIY, tsunami di Pangandaran, gempa di Padang dan rentetan musibah lainnya.
Manusia di muka bumi ini adalah khalififah, yang diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola, merawat dan mendaya gunakan dengan sebaik-baiknya, apabila manusia sebagai khalifah tak mampu mengelolanya dengan baik maka akan munculah musibah-musibah dari hukum alam ini yang susah sekali untuk mengelakkannya.
Sekedar contoh apabila manusia membabat habis hutan maka yang terjadi adalah banjir besar yang bisa meluluh lantakan orang yang tak bersalah sekalipun.
Namun disana terdapat juga musibah yang tidak disebabkan oleh ulah manusia dalam mengelola bumi, Angin yang tadinya mendistribusi awan (QS al-Baqarah/2:164) dan menyebabkan penyerbukan dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Q.S. al-Kahfi/18:45), tiba-tiba tampil begitu ganas memorak-porandakan segala sesuatu yang dilalewatinya (QS Fushshilat/41:16).
Gunung-gunung yang tadinya sebagai pasak bumi (QS al-Naba'/78:7), tiba-tiba memuntahkan debu, lahar panas, dan gas beracun (QS al-Mursalat/77:10) atau yang baru saja menimpa saudara-saudara kita di Kepulauan Mentawa Sumbar ketika lempengan-lempengan bumi bergeser maka terjadilah gempa yang tidak terduga, dan mengakibatkan tsunami.
Bencana seperti ini adalah merupakan ujian bagi kita semua, karena musibah ini telah menimpa tidak saja bagi orang yang berdosa tapi juga bagi orang yang beriman. Mereka menanggung penderitaan yang sama, marilah kita
menghindarkan anggapan bahwa ini merupakan azab atas dosa-dosa yang diperbuat oleh para korban sendiri.
Disaat kita menganggap ini azab, maka bagi korban yang menderita akan mendapatkan kesusahan dua kali, pertama musibah itu sediri dan yang kedua adalah suudlon kita, tentunya ungkapan-ungkapan itu akan menyudutkan bagi yang terkena musibah.
Cara kerja azab Tuhan di dalam Alquran hanya menimpa kaum yang durhaka dan tidak menimpa atau mencederai orang-orang yang shaleh dan taat pada Tuhan.
Sedangkan cara kerja mushibah dan bala tidak membedakan satu sama lainnya.
Memang telah terdapat ayat-ayat yang menerangkan tentang azab umat—umat terdahulu Bentuk azab itu antara lain:
1) Banjir besar (mungkin ini gelombang tsunami pertama) seperti yang
ditimpakan pada umat Nabi Nuh;
2) Bencana alam dahsyat berupa suara yang menggemuruh seperti yang
ditimpakan kepada umat Nabi Syu'aib;
3) Tanah longsor dahsyat seperti yang ditimpakan kepada umat Nabi Luth;
Meski demikian Secara historis, Nabi Muhammad adalah seorang nabi yang tidak pernah sekalipun mendoakan ummatnya agar celaka. Beliau tidak pernah menghadapi kondisi psikologis yang sangat mengecewakan dan menyerah dalam berda'wah pada umatnya. Maka, beliau tidak pernah berdoa minta azab kepada Allah bagi kaum-kaumnya yang tidak taat.
Musibah adalah suatu keniscayaan yang melanda semua manusia, baik secara perorangan maupun kelompok. Perasaan takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, sampai kekurangan buah-buahan yang dibutuhkan, selalu menyertai mereka yang terkena musibah.
"Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS Al-Baqarah (2): 155-157).
Maka, bagaimana kita harus menyikapi musibah yang memang diluar kemampuan manusia untuk mengelolanya?
Pertama: Kita maknai bahwa peristiwa ini semua adalah semata-mata ujian dari Sang Maha Kuasa atas seluruh alam semesta ini, dan ketika kita bisa melaluinya maka Allah akan menaikkan derajat keimanan kita.
Seperti sabda Rasulullah SAW, "Siapa yang akan diberi limpahan kebaikan dari Allah, maka diberi ujian terlebih dahulu." (HR Bukhari Muslim).
Kedua : Semua ujian haruslah kita hadapi dengan kesabaran,karena kesabaran adalah sebuah tanda lulusnya sebuah ujian, seperti pada sebuah hadis :
"Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman seluruh perkaranya menjadi baik. Ketika ditimpa musibah dia bersabar, itu membawa kebaikan baginya. Dan ketika mendapatkan nikmat dia bersyukur dan itu membawa kebaikan baginya."
(Al-Hadis).
Ketiga : Bahwa seberat apapun ujian yang berupa musibah alam raya ini, kita yakin Allah pasti sudah proprosional dalam mengujinya dan tidak akan melebihi dari kesanggupan dalam menjalaninya bagi orang yang tertimpa.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
(QS Al-Baqarah (2): 286).
Keempat: Apapun bentuk musibah yang di derita oleh seorang muslim, baik itu berupa kesususahan, penderitaan maupun penyakit, Allah akan menghapus sebagian kesalahan dan dosa, dengan demikian derajat para korban bencana akan mulia, bagi yang meninggal dunia dia akan mati syahid dan bagi yang masih hidup tentunya dengan kesabaran atas penderitaan itu Allah akan hapus sebagian kesalahan dan dosa dosanya.
Kelima : Bagi kita yang tidak secara langsung mengalami musibah itu, hendaknya kita jadi peristiwa itu sebagai momentum untuk menyaksikan kebesaran dan keagungan Allah, sehingga akan menguatkan iman kita pada sang pencipta alam semesta.
Marilah kita bayangkan apabila musibah itu menimpa diri kita sendiri, keluarga kita, atau temen-teman kita, tentunya kita akan menderita dan susah menjalani cobaan besar ini.
Maka marilah kita bantu para korban bencana semaksimal mungkin karena sekecil apapun bantuan itu akan sangat berharga sekali bagi kehidupan para korban yang masih hidup.
Kami mengajak sahabat-sahabat sekalian untuk berbuat sebisa mungkin membantu saudara-saudara kita yang menderita di Kepulauan Mentawai dan Yogyakarta, baik dalam bentuk bantuan materi, yaitu uang atau bahan makanan yang terlebih dari kita. Mari kita salurkan melalui badan-badan penyalur bantuan terdekat kita.
Kita berharap musibah ini akan membawa kebaikan-kebaikan dalam ridlo Sang Khaliq.
KITA semua berduka atas musibah ini. Kita semua harus mohon ampun atas semua dosa. Namun, kita tidak boleh mengeluh dan bersedih berkepanjangan serta kehilangan harapan pada Tuhan Sembari bertobat dan mohon petunjuk Tuhan, mari kita baca hikmah dan pembelajaran dari musibah ini.(PV)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar