Jumat, 03 Desember 2010

Alasan Utama Korut Menyerang Korsel !

Alasan Dibalik Serangan Korea Utara


Korea Utara membombardir desa-desa di Pulau Yeonpyeong, Korea Selatan pada 23 November, menewaskan empat orang dan melukai puluhan, menandai tindakan provokatif yang paling agresif di antara keduanya sejak Perang Korea.



Artileri dan angkatan udara Korea Selatan segera memukul balik dan menyatakan niat mereka, jika diperlukan akan menyerang pangkalan rudal Korea Utara. Tanpa gentar, AS dan Korea Selatan mengumumkan bahwa mereka akan terus melakukan latihan militer bersama skala besar di Laut Kuning. Awan peperangan sekali lagi berkumpul di Semenanjung Korea.


Serangan itu, setidaknya, mempunyai persetujuan dari Partai Komunis Tiongkok (PKT). Dan dari perspektif praktis, Korea Utara dibacking dan didukung oleh PKT. Berikut ini alasannya:


Pertama, bertentangan dengan kecaman dunia secara kolektif terhadap Korea Utara, PKT secara terbuka menghibur negara itu. Rezim komunis Tiongkok menyerukan kepada kedua belah pihak untuk tenang dan, yang patut dipertanyakan, secara langsung tidak menyalahkan Pyongyang. PKT juga menandatangani Persetujuan Kerjasama Ekonomi dengan Korea Utara di hari serangan itu terjadi.


Selain itu, delegasi Kementerian Kesehatan Tiongkok tidak membatalkan perjalannya ke Pyongyang, dan disambut dengan resepsi VIP pada saat kedatangannya. Upacara pemberian hadiah dilanjutkan seperti yang direncanakan, dengan salinan DVD serial TV tentang Mao Anying (anak tertua Mao Zedong yang tewas di Perang Korea), menyoroti tentang "persahabatan yang diikat dengan darah segar" mereka.


Secara historis, PKT selalu memperkuat dan mendukung Korea Utara, baik secara terbuka maupun di balik layak. Selama insiden Cheonan, dimana Korea Utara menenggelamkan sebuah kapal Korea Selatan, PKT berulang kali menolak untuk mendengarkan laporan investigasi internasional yang menyimpulkan bahwa Utara yang bertanggung jawab. Hal ini seharusnya tidak terlihat aneh, karena PKT sudah tahu semuanya dan tidak perlu melihat laporan itu lagi.


Mari kita mempertimbangkan pengobatan kerajaan yang diterima Kim Jong-il di Tiongkok: apakah bukan jelas-jelas bahwa ia sedang "berterima kasih" untuk layanan yang diberikan? Dibandingkan dengan upaya-upaya media internasional yang secara hati-hati mencari semua sisi cerita dan menganalisis bukti, tindakan-tindakan petinggi PKT mengungkapkan sikap, "Apa yang akan kamu lakukan kalau saya adalah bapak dari preman di lingkungan sini?'


Menutup-nutupi


Kedua, karena serangan Korea Utara tampaknya memang agak terlalu irasional, PKT telah berusaha sangat keras untuk membuat semuanya menjadi lancar. Media yang dijalankan negaranya itu telah membuat-buat sesuatu yang disebut, "Perselisihan mengenai kedaulatan dan kepiting."


Kalimat lucu ini berhubungan dengan dugaan sengketa teritorial yang kembali ke 50 tahun lalu


Ketika Perang Korea berakhir pada Juli 1953, Korea Selatan dan Utara menandatangani negosiasi gencatan senjata. AS dan Korea Selatan mendefinisikan Garis Batas Utara (GBU) sebagai batas maritim, dan Korea Utara telah diam tentang hal itu selama lebih dari 20 tahun. Ketika sebuah dialog dimulai pada 1972, bagaimanapun, Korea Utara telah menggunakan negosiasi-negosiasi sebagai kedok untuk diam-diam menggali terowongan-terowongan dalam persiapannya untuk invasi, oleh sebab itu melanggar perjanjian gencatan senjata. Sebuah konflik militer pecah di garis pemisah militer pada 1976 dan setelah itu konsekuensinya dibangun sebuah "garis semen." Korea Utara juga memaksakan batas pemisah lautnya sendiri, yang mana terletak di selatan GBU, untuk menantang GBU.


Di peta, GBU sesuai dengan konvensi internasional dan menghubungkan pulau-pulau termasuk Baengnyeong, Daecheong, Yeonpyeong dan pulau-pulau Korea Selatan. Namun, pembatas laut versi Korea Utara adalah tidak masuk akal – ia bukan hanya jauh melampaui pulau-pulau Korea Selatan, tapi juga memaksa akses Korea Selatan ke pulau-pulau itu melalui jalan air sempit berbentuk L. Adalah Korea Utara yang memunculkan "sengketa" laut-laut yang tumpang tindih, termasuk daerah laut di Pulau Yeonpyeong. Perairannya kaya dengan kepiting, dan oleh sebab itu PKT memutar referensi, menyebutnya, "Perselisihan mengenai kedaulatan dan kepiting."


Pada kenyataannya, bahkan Korea Utara mengakui bahwa Pulau Yeonpyeong adalah di dalam teritori Korea Selatan. Latihan artileri Korea Selatan di Pulau Yeonpyeong adalah dilakukan di dalam wilayah perairannya sendiri. Namun, Korea Utara ke Pulau Yeonpyeong adalah serangan terhadap daerah teritori Korea Selatan, dan karena itu jelas merupakan tindakan agresi militer. Selain itu, latihan artileri Korea Selatan ditargetkan ke laut terbuka dan tidak menyebabkan bahaya apapun, sedangkan pengeboman Korea Utara sengaja ditargetkan ke tentara Korea Selatan dan warga sipil, dan merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk membunuh. PKT sengaja mencampur dan memutar balik agresi dan pembunuhan itu menjadi "Kedua belah pihak menuduh satu sama lain untuk memprovokasi konflik."


Bantuan Tiongkok di Belakang Layar


Ketiga, di belakang layar PKT telah memberikan tranfusi ekonomi jangka panjang kepada Korea Utara, (misalnya, 90 persen minyak Korea Utara, 80 persen produk konsumen, 45 persen biji-bijian dan sejumlah besar uang tunai), dan dalam kesetiaan militer ( menyediakan teknologi nuklir dan rudal) yang semuanya di tutup-tutupi untuk menghindari kecaman internasional. Hanya dengan semua sumber daya yang di supply oleh Tiongkok, Korea Utara baru bisa bertahan sampai hari ini, dan untuk terus-menerus menentang dengan begitu arogan Korea Selatan dan AS yang jauh lebih kuat.


Tentu saja, sebagai bagian tabir asap yang dipelihara dengan hati-hati bagi komunitas internasional, PKT telah berpura-pura tidak bersalah dan berperilaku sepertinya Korea Utara tidak menuruti taktik-taktik tekanannya, seolah-olah Korea Utara sudah tidak lagi di bawah kendalinya. Kenyataannya, ini bukan karena PKT tidak dapat mengendalikan – PKT adalah garis hidup ekonomi Korea Utara – tapi ia tidak mau.


Sebagian besar tindakan utama Korea Utara telah disetujui oleh PKT dan merupakan sebuah pertunjukan kesetiaan kepada rezim komunis Tiongkok. Dalam contoh terakhir, Insiden pengeboman ini mungkin telah mengalihkan perhatian publik Tiongkok yang murka karena kebakaran apartemen yang kontroversial di Shanghai, untuk membantu mendapatkan poin-poin tawar menawar dengan AS mengenai nilai tukar yuan dan pembicaraan ke Enam belah pihak, atau untuk mengurangi tekanan dari AS-Jepang-Korea Selatan-Aliansi ASEAN.


Terakhir tetapi tidak berarti berakhir, PKT tidak hanya mengendalikan Korea Utara di hari ini, tapi juga di masa depan. Sebagai contoh, pengganti Kim Jung-il harus disahkan oleh rezim Tiongkok. Dalam proses konfirmasi, pertama-tama Kim Jung-il membawa Kim Jung-Un mengunjungi pemimpin PKT; kemudian Guo Boxiong, yang mewakili militer Tiongkok, dan Zhou Yongkang, sistem mata-mata, pergi mengunjungi Korea Utara, menyelesaikan proses konfirmasi yang menyerupai upacara persetujuan para mafia ala godfather.


Serangan itu mungkin adalah sebuah pernyataan perayaan kesuksesan Kim Jung-Un yang berhasil dan mendapatkan dukungan dari tentara; tetapi itu juga bisa saja untuk membayar kembali atas persetujuan PKT terhadap penggantinya.


AS telah menerapkan "Strategi Sabar" terhadap Korea Utara yang telah berulangkali memprovokasi, dan belum dihargai rezim dengan dialog, negosiasi, ataupun konsesi. Namun, semua strategi dan sanksi ini tidak dapat menghentikan provokasi militer Korea Utara, karena Korea Utara tahu ia didukung oleh PKT. Mungkin ini adalah sebuah petunjuk AS harus menaruh perhatian: Bahwa cara mendasar untuk mengatasi krisis Semenanjung Korea adalah memecahkan masalah Partai Komunis Tiongkok. (EpochTimes/khl)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar