Dalam foto yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Inggris pada 12 juli 2010, terlihat pesawat siluman milik negara itu, Taranis yang dikalim mampu menyerang benua lain. (Foto: AP)
Inggris dalam waktu dekat akan segera memiliki pesawat jet siluman tanpa awak yang mampu mengangkut senjata dan menghantam target-target di benua lain tanpa bisa terdeteksi radar musuh.
Perusahaan pertahanan Inggris BAE Systems mengungkapkan desain pesawat Taranis senilai 143 juta-nya yang dapat terbang dengan kecepatan jet tempur dan mampu menempuh jarak antar-benua.
Pesawat itu besarnya seukuran pesawat kecil dan diperlengkapi dengan teknologi siluman yang canggih dan membuatnya tak terdeteksi.
Pesawat yang dirancang tak terlihat radar darat tersebut dibuat untuk kegiatan pengawasan intelijen dan mata-mata di daerah musuh dengan menggunakan sensor di atas pesawat.
Nama Taranis diambilkan dari nama dewa petir kaum Celtik. Pesawat tersebut berukuran sebesar jet Hawk dan diperlengkapi dengan sistem intelijen "otonom", demikian diberitakan Daily Mail.
Tidak seperti pesawat tanpa awak seperti drone yang dikendalikan pilot dari lokasi yang terpencil, Taranis bisa dikendalikan dari mana saja di muka bumi berkat sistem komunikasi satelit.
Pesawat tersebut dirancang untuk membawa senjata, termasuk bom dan peluru kendali, mengingat kemampuan penyerangan jarak jauhnya. Taranis juga diklaim mampu mempertahankan diri terhadap pesawat berawak dan tanpa awak musuh.
Uji penerbangan perdana pesawat Taranis dijadwalkan berlangsung pada tahun 2011 mendatang.
Pesawat tersebut akan menguji kemungkinan pengembangan pesawat tempur tanpa awak (UCAV) yang pertama yang nantinya akan mampu menyerang target yang bahkan berada di benua lain.
Para pakar mengatakan desain pesawat tersebut merupakan yang terdepan dalam teknologi dunia dan sama canggihnya dengan pesawat mana pun yang dikembangkan AS.
Berbicara dalam upacara peresmian di BAE Systems di Warton, Lancashire, Menteri Strategi Keamanan Internasional Gerald Howarth mengatakan: "Taranis adalah sebuah proyek yang betul-betul menjadi tonggak awal."
"(Pesawat itu) adalah jenis yang pertama di Inggris. Memperlihatkan rancangan dan teknologi terbaik di negara kita, serta merupakan program terdepan di dunia," katanya.
Taranis merupakan hasil proyek kerja sama tidak resmi antara Kementerian Pertahanan Inggris dan perusahaan teknik, termasuk BAE Systems, Rolls Royce, QinetiQ, dan GE Aviation. Rolls Royce akan berfokus pada sistem tenaga pendorong generasi berikutnya untuk pesawat Taranis.
"Proses penyelesaian Taranis telah memakan waktu tiga setengah tahun, dan proses pembuatan pesawat itu melibatkan jutaan orang," kata Nigel Whitehead, direktur pengelola kelompok program dan dukungan BAE Systems.
"(Pesawat Taranis) merupakan langkah signifikan dalam hal kemampuan jet cepat di negara ini. Tekologi ini adalah kunci dari kelangsungan basis industri yang kuat dan memelihara posisi terdepan Inggris sebagai pusat keunggulan dan inovasi," pungkasnya.
Pada Desember 2006, Kementerian Pertahanan Inggris mengumumkan kontrak program Taranis diberikan kepada tim yang dipimpin BAE Systems. BAE menjadi kontraktor utama dan pemimpin tim industri.
Taranis yang telah dikembangkan secara penuh akan mampu menyerang benua lain. Proyek tersebut dilangsungkan dari tahun 2007 hingga 2010. Proyek tersebut diarahkan kepada upaya mendesain dan menerbangkan pesawat tanpa awak guna mengumpulkan barang bukti yang diperlukan untuk memberi informasi mengenai pesawat musuh yang mampu terbang jarak jauh di masa mendatang dan mengevaluasi kontribusi pesawat tanpa awak terhadap armada pesawat campuran Angkatan Udara Kerajaan Inggris.
Taranis adalah program UCAV pertama Kementerian Pertahanan Inggris. BAE telah mendanai peeltian teknologi pesawat tanpa awak (UAV) dan UCAV, serta demonstrasi selama sepuluh tahun.
Inggris dalam waktu dekat akan segera memiliki pesawat jet siluman tanpa awak yang mampu mengangkut senjata dan menghantam target-target di benua lain tanpa bisa terdeteksi radar musuh.
Perusahaan pertahanan Inggris BAE Systems mengungkapkan desain pesawat Taranis senilai 143 juta-nya yang dapat terbang dengan kecepatan jet tempur dan mampu menempuh jarak antar-benua.
Pesawat itu besarnya seukuran pesawat kecil dan diperlengkapi dengan teknologi siluman yang canggih dan membuatnya tak terdeteksi.
Pesawat yang dirancang tak terlihat radar darat tersebut dibuat untuk kegiatan pengawasan intelijen dan mata-mata di daerah musuh dengan menggunakan sensor di atas pesawat.
Nama Taranis diambilkan dari nama dewa petir kaum Celtik. Pesawat tersebut berukuran sebesar jet Hawk dan diperlengkapi dengan sistem intelijen "otonom", demikian diberitakan Daily Mail.
Tidak seperti pesawat tanpa awak seperti drone yang dikendalikan pilot dari lokasi yang terpencil, Taranis bisa dikendalikan dari mana saja di muka bumi berkat sistem komunikasi satelit.
Pesawat tersebut dirancang untuk membawa senjata, termasuk bom dan peluru kendali, mengingat kemampuan penyerangan jarak jauhnya. Taranis juga diklaim mampu mempertahankan diri terhadap pesawat berawak dan tanpa awak musuh.
Uji penerbangan perdana pesawat Taranis dijadwalkan berlangsung pada tahun 2011 mendatang.
Pesawat tersebut akan menguji kemungkinan pengembangan pesawat tempur tanpa awak (UCAV) yang pertama yang nantinya akan mampu menyerang target yang bahkan berada di benua lain.
Para pakar mengatakan desain pesawat tersebut merupakan yang terdepan dalam teknologi dunia dan sama canggihnya dengan pesawat mana pun yang dikembangkan AS.
Berbicara dalam upacara peresmian di BAE Systems di Warton, Lancashire, Menteri Strategi Keamanan Internasional Gerald Howarth mengatakan: "Taranis adalah sebuah proyek yang betul-betul menjadi tonggak awal."
"(Pesawat itu) adalah jenis yang pertama di Inggris. Memperlihatkan rancangan dan teknologi terbaik di negara kita, serta merupakan program terdepan di dunia," katanya.
Taranis merupakan hasil proyek kerja sama tidak resmi antara Kementerian Pertahanan Inggris dan perusahaan teknik, termasuk BAE Systems, Rolls Royce, QinetiQ, dan GE Aviation. Rolls Royce akan berfokus pada sistem tenaga pendorong generasi berikutnya untuk pesawat Taranis.
"Proses penyelesaian Taranis telah memakan waktu tiga setengah tahun, dan proses pembuatan pesawat itu melibatkan jutaan orang," kata Nigel Whitehead, direktur pengelola kelompok program dan dukungan BAE Systems.
"(Pesawat Taranis) merupakan langkah signifikan dalam hal kemampuan jet cepat di negara ini. Tekologi ini adalah kunci dari kelangsungan basis industri yang kuat dan memelihara posisi terdepan Inggris sebagai pusat keunggulan dan inovasi," pungkasnya.
Pada Desember 2006, Kementerian Pertahanan Inggris mengumumkan kontrak program Taranis diberikan kepada tim yang dipimpin BAE Systems. BAE menjadi kontraktor utama dan pemimpin tim industri.
Taranis yang telah dikembangkan secara penuh akan mampu menyerang benua lain. Proyek tersebut dilangsungkan dari tahun 2007 hingga 2010. Proyek tersebut diarahkan kepada upaya mendesain dan menerbangkan pesawat tanpa awak guna mengumpulkan barang bukti yang diperlukan untuk memberi informasi mengenai pesawat musuh yang mampu terbang jarak jauh di masa mendatang dan mengevaluasi kontribusi pesawat tanpa awak terhadap armada pesawat campuran Angkatan Udara Kerajaan Inggris.
Taranis adalah program UCAV pertama Kementerian Pertahanan Inggris. BAE telah mendanai peeltian teknologi pesawat tanpa awak (UAV) dan UCAV, serta demonstrasi selama sepuluh tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar