Senin, 30 November 2009

Indonesia Siap-Siap Hadapi Krisis Babak Dua !


Para pengamat ekonomi dalam rapat dengar pendapat umum dengan Badan Anggaran DPR RI mengingatkan perlunya mewaspadai kemungkinan munculnya krisis ekonomi global jilid II, jika Dubai World benar-benar gagal membayar utangnya yang jatuh tempo.

“Melihat konstelasi yang ada. Pemulihan ekonomi yang berlangsung masih rapuh karena adanya tekanan krisis akibat Dubai World. Krisis ekonomi di global bisa saja mengalami tekanan yang serius, bahkan bisa mengalami pemburukan lagi bila tidak ditangani dengan cepat,” kata Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada Sri Adiningsih di DPR, Senin.

Menurut dia, dampak krisis dapat merambat ke Indonesia, terutama karena Indonesia merupakan negara yang terbuka di samping juga skala ekonomi yang masih kecil. Apalagi Dubai menjadi pusat finansial yang memiliki pengaruh besar di Asia sehingga gejolak ekonomi di sana bisa mengganggu investasi di sini. Karena itu perlu mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan krisis ekonomi akibat gagal bayar Dubai World.

Pengamat ekonomi Iman Sugema mengatakan, apabila krisis terus berlangsung, maka diperkirakan akan banyak investor portofolio yang memindahkan dananya dari Indonesia.
Hal ini ditakutkan akan menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena adanya aliran dana keluar itu, katanya mengingatkan.

Dia mengkhawatirkan cadangan devisa yang dimiliki tidak mampu menahan gejolak pada nilai tukar akibat terjadinya aliran modal keluar (capital flight).
Menurut dia, saat ini sekitar seperempat lebih cadangan devisa Indonesia yang sekira US$62 miliar, terutama didukung oleh aliran dana hot money (portofolio).

Ekonom Stnadard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, mengatakan, apabila krisis Dubai World berlarut-larut dan benar-benar terjadi gagal bayar, maka dampaknya bisa menyebar hingga ke Indonesia. “Global akan ada krisis global jilid dua kalau kasus seperti Dubai World menyebar sebab para investor tidak ingin parkir ke negara berkembang mengingat risiko pasar,” katanya.
Apabila hal ini terjadi, maka akan terjadi aliran dana keluar yang cukup besar, katanya. “Untuk pasar saham asing menguasai di atas 100 miliar dolar, Indonesia tidak punya cukup cadangan devisa untuk menahan asing di Indonesia,” katanya.

Namun demikian, saat ini pihaknya meyakini Uni Emirat Arab dan Abu Dhabi akan membantu agar krisis ini tidak melebar dan merambat.”Kalau misalnya ada kasus gagal bayar lainnya yang berskala besar kayak Dubai World akan terjadi sistematic risk (risiko sistemis) yang dikhawatirkan tidak bisa bayar kewajiban sehingga memicu risiko sistemik,” katanya.
Pengamat ekonomi Tim Indonesia Bangkit (TIB), Hendri Saparini, mengatakan, untuk mengurangi tekanan aliran dana modal keluar, maka bisa jadi akan mendorong terjadinya peningkatan imbal hasil pada surat berharga negara.

Apabila kemudian hal ini menggunakan instrumen SBI dan juga surat utang negara maka, akan terjadi crowding out.”Dana-dana yang ditaruh di bank akan berpindah untuk dimasukan ke surat berharga negara, alhasil ini akan membuat suku bunga perbankan tidak turun tapi malah meningkat,” katanya. (ant/dtf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar