Minggu, 31 Januari 2010

Pulau-pulau di Batam Yang Telah Menjadi Milik Pribadi !


Gambar : Pulau-pulau Yang Telah Menjadi Milik Pribadi

Gugusan pulau SEGANTANG LADA di Kepulauan Riau terutama di seputaran Batam saja banyak yang telah berpenghuni, “kalau ada penghuni nya disitu biasanya ada air tawar ” ujar Dormat . Dormat adalah warga suku laut yang menemani kami mengunjungi beberapa pulau di sekitaran Kecamatan Nongsa Batam

Tetapi lebih banyak lagi yang belum berpenghuni, misalnya saja Pulau Nipah, bukan Pulau Nipah yang hampir tenggelam karena pasirnya “terkuras” karena berbatasan dengan negara Singapura itu, tetapi Pulau Nipah yang ini adalah masuk dalam Kecamatan Galang Batam.

Hampir 30 menit dengan pompong kami melalui pulau di depan Pulau Nipah itu terlihat hanya rimbunan pepohonan, tak terlihat satupun ada bangunan di pinggir pantainya. Hutan mangrove nya pun tak terlihat ada bekas di potong. ” Pulau ini milik seorang pengusaha besar dari Tanjung Pinang” ujar Azman sembari menyebutkan nama pengusaha itu. Azman juga adalah warga suku laut yang sejak lahir tinggal di dekat Pulau itu.


“Yang sebelah kiri kita ini punya seorang anggota dewan” jelas Azman lagi, iyapun menyebutkan nama anggota dewan tersebut.

Lain lagi saat perjalanan ke pulau pulau sekitaran barat nya Batam. Dari pelabuhan Pandan Bahari naik pancung ke pulau Gara, Pulau Bertam, sebelah kanan ada pulau Lingka . Ketiga pulau berpenghuni ini dihuni oleh masyarakat suku laut. Menuju utara ke Pulau Kasu sampai ke Pulau Terung , di dekat pulau itu terbentang luas sebuah pulau bernama Kepalajeri , pulau ini pula sedang disengketakan siapa yang paling berhak mengelolanya.

Kondisi cuaca seperti saat ini di musim angin Utara tak banyak orang yang berani mengunjungi pulau pulau yang masih dalam wilayah Kota Batam. “Tak usah lah pulang , bermalan disini saja , hari gelap, angin kencang ” saran dari Azman dan pak Thalib penduduk kampung Teluk Sunti Kelurahan Pulau Terung Kecamatan Belakang Padang menahan kami agar tidak melanjutkan perjalanan pulang.

Pelantar yang kami lalui bergoyang goyang karena memang air sedang pasang surut jauh ke tengah, kami putuskan tetap pulang ke Batam karena perjalanan malam itu akan di lanjutkan ke Pulau Kubung. Di Pulau Kubung telah menunggu Ainur Rafiq dan malam itu kami akan bermalam bersama warga suku laut, karena telah direncanakan jauh jauh hari.

Hari telah menunjukkan pukul 10 malam saat kami tiba di pelabuhan Telaga Punggur, air laut pasang naik “ini pasang perdana” celetuk Santo ketika melihat air sudah mencapai pelantar. Angin masih kencang, ombak terlihat memutih dikejauhan.

Pakaian yang basa oleh air laut karena terjangan ombak sejak dari Teluk Sunti tetap masih kami kenakan sampai di Pulau Kubung baru diganti, karena sepanjang jalan pun ombak air laut masih menerpa kami.

Lepas tengah malam tak terdengar suara angin, air laut terlihat tenang sekali, rembulan jauh menuju barat. Pemandangn dari pantai pulau tempat kemah kami tidur indah terlihat. “Pulau Pulau itu banyak yang dimiliki oleh orang dari Singapura” ujar Santo. “Tetapi atas nama orang sini” ujar nya lagi.

“Untuk apa mereka membeli pulau pulau ini” tanyaku pada Santo, Santo senyum “enggak tau lah” jawabnya.

Untuk apa ya mereka membeli pulau pulau itu?…………….

Apa benar memang pulau pulau itu sudah menjadi milik pribadi…..?

Apa ada kaitannya dengan akan dibangun nya Jembatan Babin .?

“Katanya tanah nya bagus , sejenis tanah bouksit, mau dibawa ke singapura” celetuk Santo lagi……….. aku meliriknya.

Sumber : http://imbalo.wordpress.com/2010/01/30/pulau-pulau-di-batam-yang-telah-menjadi-milik-pribadi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar